Implementasi Hasil Penelitian Pengembangan KarakterAnak Pada Drama Musikal "Kabar dari Samudra"

Written by: Kajian 2023

Bandung, Eunofa 21 Juni 2025 — Panggung Teater Tertutup Taman Budaya Jawa Barat menjadi saksi bisu dari sebuah pencapaian yang patut mendapat perhatian serius dari kalangan pendidik, seniman, dan pemerintah. Drama musikal anak-anak bertajuk “Kabar dari Samudra”, yang dipentaskan oleh TK-IT At-Taqwa KPAD Gegerkalong Bandung, telah membuktikan bahwa seni pertunjukan, khususnya pada usia dini, adalah ruang kreatif esensial yang melampaui sekadar hiburan. Pertunjukan ini adalah sebuah studi kasus yang berhasil dalam menanamkan nilai ekologis dan kebersamaan melalui metode pembelajaran yang holistik dan profesional.

Kehadiran pentas ini bukan hanya menandai berakhirnya tahun ajaran, melainkan merepresentasikan keberhasilan sebuah model pendidikan karakter, estetika, dan kemampuan ekspresi anak usia dini yang dikemas dengan standar artistik yang tinggi. Drama musikal ini menjelma menjadi ruang edukasi kolektif yang mendalam—tidak hanya bagi anak-anak dan guru, tetapi juga bagi orang tua, bahkan masyarakat umum yang mencari inspirasi tontonan berkualitas dan sarat makna.

Seni Pertunjukan Sebagai Inti Pengembangan Diri

Selama ini, pendidikan seni seringkali ditempatkan sebagai mata pelajaran pelengkap atau kegiatan ekstrakurikuler opsional. Namun, TK-IT At-Taqwa, sebagaimana dijelaskan oleh Kepala Sekolah Elly Sadiah, menempatkan drama musikal sebagai bagian integral dari program tahunan sekolah yang terintegrasi dengan pembelajaran ko-kurikuler Pengembangan Diri.

Program ini dirancang dengan kesadaran penuh akan potensi anak usia dini. Tujuannya adalah menggali dan mengembangkan potensi mereka dalam tiga aspek fundamental: gerak, musik, dan rupa. Dengan demikian, pertunjukan ini menjadi wahana aktualisasi diri yang efektif, di mana anak-anak tidak sekadar menghafal dialog, tetapi terlibat dalam keseluruhan proses kreatif yang menuntut disiplin, imajinasi, dan kolaborasi.

Keunikan pendekatan ini tak pelak menjadi salah satu daya tarik utama yang membedakan TK- IT At-Taqwa. Ini adalah penegasan bahwa lembaga pendidikan anak usia dini yang maju adalah lembaga yang mampu memadukan aspek akademik dengan eksplorasi seni dalam kurikulum pembelajaran, menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga matang secara emosional dan sosial.

Menentukan Ranah Imajinasi: Pilihan Kontekstual Cerita

“Kabar dari Samudra” merupakan produksi kedua yang kami garap setelah pentas serupa di tahun 2016. Dalam menyusun naskah dan mengonsep penyutradaraan, saya dibimbing oleh keyakinan bahwa seni pertunjukan anak-anak harus diperlakukan sebagai bentuk kesenian yang layak di ranah profesional. Hal ini berarti menuntut perencanaan yang matang, kolaborasi antar praktisi yang solid, dan materi cerita yang memiliki bobot edukasi dan daya tarik imajinatif yang kuat.

Adegan DramaMusikal Kabar Dari Samudra; Si Janggut Perak dan Para Perompak Samudra Biru di Laut lepas | Foto : Dok. Pribadi
Adegan DramaMusikal Kabar Dari Samudra; Si Janggut Perak dan Para Perompak Samudra Biru di Laut lepas | Foto : Dok. Pribadi

Pemilihan tema laut dan lingkungan bukan tanpa alasan. Film animasi, misalnya, semakin sering didorong untuk menggarap cerita yang memiliki imajinasi yang kuat, memanfaatkan ranah yang tidak bisa dikejar oleh film fiksi realis murni. Demikian pula dengan teater anak. Cerita Kabar dari Samudra mengangkat isu yang sangat relevan: kerusakan lingkungan laut akibat eksploitasi yang tidak bertanggung jawab. Konflik utama melibatkan Kapten Janggut Perak, pimpinan perompak yang gemar merusak laut, melawan para penghuni laut dan nelayan yang terdampak.

Adegan DramaMusikal Kabar Dari Samudra; Paman Gurita (Kemal Ferdiansyah) mendapat kabar dari para Ikan tentang kejahatan para perompak | Foto : Dok. Pribadi
Adegan DramaMusikal Kabar Dari Samudra; Paman Gurita (Kemal Ferdiansyah) mendapat kabar dari para Ikan tentang kejahatan para perompak | Foto : Dok. Pribadi

Melalui narasi yang sederhana, anak-anak diajak memahami secara kontekstual tentang pentingnya menjaga kelestarian ekosistem laut—baik flora dan fauna yang tinggal di laut dalam maupun kehidupan sosial di sekitar pantai. Ini adalah penanaman pengetahuan dan kesadaran ekologis yang dilakukan secara invisble (tidak terasa seperti sedang diajari), karena diserap melalui pengalaman emosional.

Pesan moral yang menyertainya juga kuat: nilai kasih sayang terhadap sesama makhluk hidup, keberanian membela kebenaran, serta esensi dari kebersamaan dan kerja sama. Secara tidak langsung, pertunjukan ini menjadi media literasi ekologis bagi anak-anak dan penonton dewasa.

Kolaborasi Profesional sebagai Kunci Kualitas

Salah satu faktor keberhasilan krusial dari pentas ini adalah kolaborasi harmonis antara tenaga pendidik, praktisi seni, dan peran aktif orang tua. Proses produksi melibatkan beberapa profesional di bidangnya:

  1. Kemal Ferdiansyah sebagai asisten sutradara dan pelatih pemeranan, berperan penting dalam mendampingi anak-anak secara intensif.
  2. Rheiza Octora Praditya menyusun lagu-lagu tematik dan koreografi yang disesuaikan dengan kemampuan motorik dan vokal anak usia dini, sekaligus memperkuat atmosfer musikal yang dinamis.
  3. Yuki dan tim guru pada penataan artistik mendesain panggung dan kostum yang estetis namun tetap mempertimbangkan kenyamanan dan keamanan anak-anak.
  4. Pelatih silat Waryadi secara khusus menyusun koreografi gerak untuk adegan pertempuran yang aman namun tetap menegangkan, menunjukkan komitmen terhadap detail.

Kerja kolaboratif antarpihak ini menghasilkan visualisasi artistik yang kuat di atas panggung. Keterlibatan saya sendiri, dengan pengalaman di dunia teater dan film, memastikan konsep pertunjukan diwujudkan dengan standar pementasan profesional. Saya bahkan turut tampil sebagai Kapten Janggut Perak—karakter antagonis—yang berfungsi tidak hanya sebagai poros konflik tetapi juga sebagai pengendali ritme dan pemantik semangat bagi para tokoh protagonis cilik. Peran aktor dewasa di sini secara subtil menjadi jembatan dan penstabil dinamika panggung, tanpa mendominasi jalannya cerita.

Dampak Pedagogis: Keberhasilan Pendidikan Karakter

Pertunjukan yang melibatkan sekitar 120 siswa kelompok A dan B (usia 5-6 tahun) serta Play Group (usia 4 tahun) ini menghadirkan kejutan bagi banyak pihak. Penampilan mereka di atas panggung—dengan lontaran dialog yang lantang, ekspresi emosional yang terjaga, serta bloking gerak yang tertib dan ritmis—terlihat jauh melampaui ekspektasi umum.

Menurut pengakuan para orang tua, seperti Syintia Nur Haliza dan Didit Miladi, pentas ini menghadirkan kekaguman yang mendalam. Mereka menyaksikan sendiri bagaimana anak-anak tampil layaknya aktor profesional. Hal ini membuktikan bahwa keterbatasan usia bukanlah penghalang ketika anak diberikan ruang, bimbingan yang tepat, dan kepercayaan penuh.

Lebih penting dari tepuk tangan penonton, proses kreatif dalam drama musikal ini berhasil menanamkan nilai-nilai karakter esensial: disiplin, tanggung jawab, empati, dan kolaborasi. Dalam kerangka pedagogi modern, seni pertunjukan memang memiliki peran kunci dalam pembentukan kepribadian anak. Melalui kegiatan ini, peserta didik belajar mengekspresikan emosi secara konstruktif, memahami pesan moral, serta membangun rasa percaya diri yang krusial bagi perkembangan mereka.

“Kabar dari Samudra” bukan hanya penanda keberhasilan program akhir tahun, melainkan simbol keberhasilan pendidikan anak usia dini yang holistik. Melalui langkah ini, terbukti bagaimana proses pembelajaran dapat melampaui batas ruang kelas, melibatkan emosi, sosial, kognitif, dan motorik anak secara menyeluruh.

Dalam konteks yang lebih luas, kerja sama antara institusi pendidikan dengan perguruan tinggi dan komunitas seni, seperti yang kami lakukan, harus dijadikan model integrasi yang ideal. Keterlibatan dosen dan seniman dalam proses produksi memberikan teladan tentang pentingnya proses kreatif yang serius dan bertanggung jawab, sekaligus menunjukkan bahwa pendidikan seni adalah bagian esensial dari pendidikan karakter dan pengembangan intelektual.

Pertunjukan ini membuktikan bahwa anak-anak usia dini mampu mengekspresikan gagasan besar jika kita mau memberikan mereka panggung—bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional dan sosial. Melalui upaya nyata seperti yang dilakukan TK-IT At-Taqwa, kita dapat berharap lahirnya generasi masa depan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kaya empati, berjiwa seni, serta peduli terhadap lingkungan dan sesama.

Penulis : Dedi Warsana, S.Pd., M.Sn.

Share This Article